Sabtu, 06 Desember 2014

Latar belakang Surat Kolose dan Surat Efesus

SURAT KOLOSE

Surat ini terbagi dalam empat bagian ; Kolose 1:1-2:5, dipaparkan apa yang boleh kita namakan kedudukan. (gagasan ini akan dijelaskan dalam pembahasannya); Kolose 2 :6-23 membahas tentang suatu ajaran sesat; Kolose 3:1-4:6 mengandung pelbagai anjuran. Kesimpulannya Kolose 4:7-18 berisikan suatu daftar ucapan salam yang ternyata panjang sekali.

            Inilah Pembagian kitab Kolose :
Susunan kitab Kolose
-          Salam, Doa, dan Nyanyian Pujian bagi Kristus (1:1-23)
-          Paulus mengajarkan kebenaran tentang Kristus(1:24-2:1:9)
-          Hidup baru dalam Kristus (2:20-4:6)
-          Salam penutup dan Nasihat (4:7-18)

Latar belakang penulisan
Kolose adalah sebuah kota kecil di Asia kecil yang terletak di sebelah timur kota pelabuhan utama. Efesus, dan berdekatan dengan kota laodikia dan Kota Hierapolis. Penulis surat kolose tidak pernah berkunjung ke Kolose, tetapi ia bersyukur karena mengetahui bahwa jemaat Kristen di sana teguh dalam Iman (1:3-7,2:6-7). Sebelumnya, jemaat kolose telah mendengar injil tetang Yesus dari Epafras, salah seorang kawan sepelayanan Paulus, yang pernah tinggal di Kolose (1:7,4:12-13)
Beberapa ahli beranggapan bahwa surat ini mungkin tidak ditulis oleh Paulus sendiri, tetapi oleh salah seorang pengikutnya beberapa decade setelah Paulus meniggal 64/65SM. Dalam zaman itu, memang ada kebiasaan seorang murid menulis sesuatu dengan menggunakan nama gurunya sebagai bentuk penghormatan bagi guru tersebut.
            Maksud menulis
Untuk mendorong jemaat Kristen di Kolose untuk tetap mengikuti Yesus Kristus (2:6) dan tidak dibodohi oleh ajaran-ajaran sesat atau diombang-ambingkan dengan berbagai pahan dan praktik keagaaman yang diajarkan di Asia kecil pada masa itu (2:8,16-23)(orang yang hebat dalam berfilsafat). Paulus juga hendak meyakinkan jemaat Kolose untuk “hidup layak di hadapanNya serta berkenan kepadaNya”(1:10)
           
.           A. Isi
Kedudukan yang lebih lanjut dapat dibagi dalam empat bagian ,
a.        ia dimulai dengan pembukaan, ucapan syukur dan doa syafaat (Kolose 1:1-11). Pembukaanya (Kolose 1:1-2) singkat saja, dan menyebutkan Paulus sebagai pengirimnya, bersama-sama Timotius, saudara kita. Penerimanya adalah saudara-saudara yang kudus dan percaya pada Kristus di Kolose dengan kata lain tidak ada acuan jelas terhadap suatu Ekklesia atau Gereja
ucapan Syukur ( Kolose 1:3-8) memberikan kita sejumlah fakta menarik. Paulus telah mendengar (Kita perlu perhatikan ini) mengenai iman saudara-saudara itu dan kasih mereka kepada semua orang kudus (Ayat 4). Ini memberikan kesan mengenai adanya suatu persekutuan yang harmonis, tetapi sudah tentu hal ini tidak menghilangkan kenyataan bahwa di dalam atau di sekitarnya terdapat masalah-masalah yang akan dibahas (Ayat 7) yang pertama kali menyebutkan nama Epafras yang memperhadapkan suatu masalah bagi kritik tekstual: “semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang kami kasihi, yang huperhemon (bagi kami) adalah pelayan kristus yang setia” : dengan kata lain, Epafras adalah wakil Paulus di Jemaat tersebut
karna itu kita perlu bertanya apa yang dapat ktia  diperlajari secara langsung ataupun tidak langusng mengenai Epafras. Epafras diakui Paulus sebagai kawan pelayan yang bekerja di Gereja ‘di tempat’ rasul itu. Karna hal ini tidak dapat dipahami pada masa kemudian, para penyalin telah menggantikan hemon dengan humon, dan menjadikan Epafras wakil jemaat setempat.\
b.      Sub bagian kedua mengandung ringkasan kristologi dengan corak seperti nyanyian (Kolose 1:12-20). Peralihannya tidaklah mendadak, tetapi pengalimatan bagian ini tidak selamanya jelas. Kristus digambarkan sebagai Anak dari Kasih (Allah) (ayat 13), yang membawa penebusan dan pengampunan. Tidaklah muda bagi kita untuk menemukan kesejajaran gagasan demikian dibagian lain ditulisan Paulus. Disana-sini memang ada kemiripan tertentu tetapi secara keseluruhan bagian ini unik. Darimanakah asal-usul gagasan-gagasan ini ? Pasal 1;15-20 mungkin sekali merupakan satu pengkristenan atas sebuah nyanyian prakristen yang diambil dari wawasan mitologi kosmik. Namun yang penting ialah orang yang menyesuaikan nyanyian ini tidak membantah kehadiran kuasa-kuasa kosmik, melainkan ‘mengkristenkan’ gagasan tersebut keselurahan tata kosmos diartikan sebagai soma  Khristou (tubuh Kristus). Namun perlu dicatat, bahwa dalam kolose ini Kristus tidak digambarkan seperti dalam surat-surat Paulus yang asli dengan gagasan soma (tubuh), melainkan sebagai ‘kepala’ tubuh, dan tubuh itu berarti gereja (Kolose 1:18).
c.       Dalam sub bagian yang ketiga kristologi ini diterapkan dan akibatnya ditarik bagi pembaca (Kolose 1:21-23). Semua itu telah terjadi demi keuntungan mereka yang dulunya musuh dan terasing, tetapi yang kini telah didamaikan ‘di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematiannya’ agar mereka boleh di tempatkan kudus dan tak bercela dan tak becacat (Ayat 22), kalau (ini perlu diperhatikan) mereka berpegang teguh pada iman, tetap tegus dan tidak bergoncang dan jangan mau digeser daru pengharapan injil yang telah mereka dengar dan yang untuk itu semua harus dijadikan pelayan (Ayat 23).
d.      Sub bagian terakhir, menyusul ayat 23 disajikan suatu diskusi mengenai jabatan kerasulan (Kolose 1:24-2:5) Paulus berbicara mengenai penderitaanya dan dengan itu menambahkan apa yang kurang dalam penderitaan Kristus (Ayat 24)
Kita menggunakan kata kedudukan pada judul bagian pertama surat ini, hal ini digunakan dalam arti ganda, dan pertama-tama dalam penerapannya dalam isinya suatu nyanyian kosmologis diambil, dikristenkan (Kolose 1:15-30) dan kemudian diterapkan kepada situasinyata  (Kolose 1:21-23)

B. “Kedudukan”  ini penting, seperti yang diperlihatkan dalam bagian yang kedua (2:6-23) sekarng bagi pembelaan terhadap ajaran sesat. Ayat 6-7 hampir seperti suatu judul : ‘ Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita. Karna itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia ... bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu.’ Dalam bagian ini Paulus pertama-tama membahas ajaran. Argumen itu diungkapkan dalam dua tahap : dalam Kolose 2:8-15 keunggulan Kristus terhadap unsur-unsur dunia (stoikheia) diungkapkan, dan dalam Kolose 2:16-23 akibat-akibat dari hal itu dinyatakan untuk melawan kesesatan-kesesatan.
Sub-sub bagian pertama mulai dengan suatu peringatan terhadap penyesatan oleh filsafat, yang digambarkan sebagai tradisi manusia kemudian disebutkan stoikheia tou kosmo (unsur-unsur dunia, kosmos yang dipandang sebagai pribadi) sebagai kekuatan pribadi dapat memperbudak manusia Kristuslah kepala dari segala pemerintah dan penguasa, di dalamnya orang-orang Kolose disunatkan dengan sunat yang bukan lahiriah, di dalam Dia mereka dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia mereka dibangkitkan kembali.
Tahap kedua dari argumen ini (Kolose 2:16-23) mengandung semacam penerapan praktis. Karena Kristus itu Tuhan akibat-akibatnya nyata pada gereja. Tak seorangpun mempunyai hak untuk melakukan penghakiman kepada anggota-anggotanya. Karena itu orang Kristen tidak dapat tunduk kepada kuasa-kuasa di atas dan juga tidak boleh melayaninya.
Tidak mudah untuk menyimpulkan kesesatan-kesesatan ini dengan tepat tetapi kita dapat mengenal ciri-ciri tertentu darinya. Ibadat hari-hari raya bulan baru dan hari sabat (Kolose 2:16) menunjuk kepada Yudaisme Gnostik, atau Yudaisme yang diwarnai oleh ciri-ciri Gnostik. Hal ini mengingatkan kita pada lawan-lawan Galatia, dimana kitapun menjumpai ‘unsur-unsur dunia’ dan sunat, yang walaupun tidak diserang dalam kolose, tetapi diberikan suatu penafsiran ulang Kristen dengan acuan terhadap baptisan. Dalam kolose, sunat termasuk praktek-praktek sesat. Kita dapat melihat dari Galatia bagaimana Paulus berdebat dalam kasus ini.
Betapun kita dapat menilai dan mengatuk rincian-rincian dari titik tolak sejarah Agama, dalam tafsiran sekali lagi kita harus waspada dalam menerima konsep-konsep dan gagasan yang kita temukan sebagai ungkapan dari sikap yang sesungguhnya dari siPengarang. Ia tidak ingin sungguh-sungguh terlibat dalam spekulasi, karena hal ini akhirnya akan menjerumuskannya ke dalam Sinkretisme, melainkan ingin teteap tinggal Kristen di tengah-tengah mitologi-mitologi kosmologis. Karna ia tidak sungguh-sungguh mengalahkan ajaran sesat itu, melainkan hanya mengambil alih dan mengkristenkannya.
Suatu bagian peringatan menyesul dalam (Kolose 3:1-4:6), yang pertama-tama sekali mengandung penerapan praktis lebih lanjut sebagai mana para pembaca telah dibangkitkan bersama Kristus.
Gagasan tentang kebangkitan sebagai sesuatu yang telah terjadi, sekali lagi memperlihatkan betapa dekatnya kita kepada pemikiran Gnostik yang bagaimanapun masih dibatasi dari titik tolak iman Kristen baik oleh tuntutan etis serta oleh pengharapan akan penampakan Kristus yang nyata.
Daftar kebajikan ini didasarkan pada suatu peringatan bahwa orang-orang Kolose dipanggil ‘dalam satu tubuh’. Hal ini disusul oleh suatu dasar tugas para anggota sebuah rumah tangga (Kolose 3:18-4:1). Disitu anjuran-anjuran ditunjukan kepada para keluarga. Daftar ini mengejutkan sekali karena miskin akan bahan-bahan khas Kristen, dan mengandung cukup banyak bahan yang lebih tua. Yang dikhususkan disini ialah kristenisasi dan perintah-perintah itu(N.B lihat terutama Kolose 3:23-24), dan bukan prinsip moral.
Setelah sejumlah ajuan umum mengenai doa dan tingkah laku yang benar (Kolose 4:2-6) muncul dalam bagian ke empat (Kolose 4:7-18) kesimpulan dari surat ini dengan daftar salam yang panjang. Diantara orang-orang yang disebutkan adalah “rekan pelayan tikhikus, yang diutus Paulus ke gereja itu, Onesimus, gereja-gereja ini Aristarkhus, yang digambarkan sebagi teman sepenjara, Markus, kemenakan Barnabas dan Lukas, tabib tercinta. Epafras kembali dipuji panjang lebar dan salam juga dikirim kepada saudara-suadara di Laodikia dan juga kesebuah jemaat rumah di Kolose.

B. Keadaan gereja dan persoalaan kepengaranan kolose
Keadaan di Kolose sampai batas tertentu sudah jelas. Jemaat itu terancam oleh ajaran sesat gnostik Yahudi, tetapi tidak dapat memastikan seberapa jauh ajaran itu menusuk atau apakah hal itu telah menyebabkan terjadinya konflik terbuka. Namun jelas diperlukan pertolongan dari luar, dan karena itu Paulus, yang secara pribadi sebelumnya tak pernah mengunjungi jemaat itu, mengambil langkah untuk menolong dengan cara melawan ajaran sesat.
Mengingat sejumlah besar petunjuk yang membuktikan bahwa Paulus bukanlah penulis Kolose kita tidak dapat menyimpulkan bahwa cara diatas merupan bentuk argument yang digunakan Paulus.  Dalam surat ini ada 34 kata yang hanya digunakan sekali saja dalam perjanjian baru dan 25 kata yang hanya digunakan Paulus di tempat lain. Hal ini disebabkan oleh rasul yang semakin lanjut usianya, karena penahannya yang lama dipenjara dan berkurangnya kemampuan dalam mengungkapkan diri tampaknya agak ganjil. Pengarangnya malah menunjukan dirinya sebagai orang yang bukan saja akrab dengan Terminologi kaum penyesat, tetapi juga mengetahui bagaimana menggunakannya – dengan kata lain sampai batas yang menojol ia memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dirinya. Kesulitan terbesar untuk menerima kepengarangan Paulus ialah penafsiran tentang pelayanan di dalam gereja dikaitkan dengan gagasan tentang tradisi.
E.Schweizer mengungkapkan pendapat yang menarik bahwa disemua surat Paulus bahkan dalam Galatia kita sering menemukan cara menyapa ‘Saudara-saudaraku’, tetapi ungkapan itu sama sekali hilang dalam Kolose, Efesus dan surat-surat pengembalaan. Apakah ini kebetulan ? sudah tentu mungkin saja orang ketiga, yang menulis sebuah surat Paulus dapat mengambil praktek rasul itu misalnya dalam 2 Tesalonika, sapaan itu digunakan tujuh kali, tetapi jadi aneh kalau Paulus meninggalkan kebiasaan ini sama sekali dalam surat-surat yang dipertikaikan.
Kendatipun pernyataan-pernyataan tertentu masih tetap terbuka, kita telah berhasil memperoleh gambaran yang cukup jelas mengenai pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh pengantar perjanjian baru. Hal ini penting dari sudut pandangan tafsiran, yang mencoba mengorek arti karya tersebut dengan menjelaskan keadaan yang sesungguhnya tempat munculnya karya tersebut.








SURAT EFESUS

Maksud penulisan
            Isi surat ini sebenarnya merupakan suatu puji-pujian atas kelimpahan dan keajaiban anugrah Allah. Sesudah salam, puji-pujian ini terus meluap dalam satu kalimat, dan seakan tak berakhir. Maksud Paulus dengan surat ini ialah untuk membimbing anggota-anggota jemaat samapai pada inti pengetahuan mengenai anugrah Allah (Efesus1:17,3:18-19). Beberapa pokok utama patut ditekankan disini.
Pertama , tidak ada satu surat yang di dalamnya begitu tegas dikatakan bahwa penerimaan orang-orang yang bukan Yahudi di dalam Kristus merupakan rahasia Allah, yang baru dengan wahyu istimewa dinyatakan khusus kepada Paulus, dan umumnya kepada para Rasul dan Nabi (Efesus 1:9-10,3:3-5 atau Efesus 1:25-26)
Kedua, kemenangan Kristus bukan saja berarti untuk umat manusia, melainkan juga untuk cosmos seluruhnya (Efesus 1:21,3:10)
Ketiga, sama seperti yang terdapat dalam surat-surat korintus kesatuan jemaat ditekankan. Namun, karena lain pangkal pokok, jalan pikiranpun lain : disana kesatuan dipertahankan melawan partai-partai : disini dikemukakan kesatuan jemaat, walaupun anggota-anggotanya berasal dari dua golongan : orang-orang pilihan, yakni kaum Yahudi, dan orang-orang yang bukan Yahudi (Efesus 2:13-19). Keistimewaan surat efesus ini adalah bahwa disini lebih ditekankan Kristus selaku kepala, dan tujuan kerja sama diantara segala anggota itu.

Hubungan Efesus dengan Kolose

Jika kita membaca sekilas efesus setelah membaca Kolose akan tampak, meski ada garis pemikiran yang berbeda dan banyak perbedaan dalam rincian, suatu hubungan yang meluas antara keduanya, yang semakin mencolok lagi karena inilah sesungguhnya yang membedakan kedua surat itu dari surat-surat Paulus yang lainnya ada persamaan yang amat dekat yaitu ketika Tikikus disebutkan sebagai pembawa surat itu yang harus memberitahukan para penerimanya tentang keadaan Paulus dan menghibur hati mereka (Efesus 6:21-22 bnd Kolose 4:7-8 tetapi daftar salam yang panjang dalam Kolose tidak ada dalam Efesus). Kita dapat menyimpulkan bahwa kedua surat itu ditulis langsung segera setelah yang satunya selesai dari keadaan yang sama – kendatipun kita tidak bisa memastikan urutannya atau penulis salah satu surat itu mengetahui atau memanfaatkan surat yang lain. Tetapi, jelasnya, ada suatu ketergantungan antara kedua surat ini.

Latar Belakang
Banyak naskah tua menyatakan bahwa surat ini ditujukan pada (orang-orang kudus yang ada di Efesus). Namun, sejumlah kecil naskah, termasuk naskah tertua tidak menyebutkan orang Efesus sebagai penerimanya. Surat ini mungkin dimaksudkan untuk dikirim kepada sejumlah jemaat di Asia Kecil. Gaya tulisan Yunani dan kosa kata yang digunakan dalam surat Efesus agak berbeda dengan surat-surat Paulus yang lainnya. Selain itu, Paulus telah tinggal sekitar 3 Tahun di Efesus untuk mulai membangun sebuah jemaat, tetapi tampaknya penulis dan penerima surat ini belum pernah saling bertemu (Efesus 1:15). Oleh karena itu, para ahli saling berbeda pendapat mengenai siapa penulis surat ini dan kapan waktu penulisannya. Namun, karena adanya kesamaan dengan tulisan-tulisan Paulus lainnya, khususnya dengan surat Kolose, surat ini lalu dihubungkan dengan Paulus.

Isi
Tujuan risalat ini ialah memberikan petunjuk mengenai unasancta. Pembukaan-pembukaanya (Efesus 1:1-2) disusul dengan ucapakan syukur (Efesus 1:14) dan doa syafaat (Efesus 1:15-23). Maka sejauh menyangkut bentuknya surat ini mengambil pola tradisional, tetapi menyangkut isinya, bagian-bagian itu berbeda dengan bagian-bagian yang sejajar dalam surat-surat lain; artinya, surat-surat ini tidak membahas hal yang khusus. Bagian bertama dari risalat ini mencakup pasal 2-3. Disitu dipaparkan Notaecclesiae. Pasal 2:1-10 langsung menyusul perikop sebelumnya ini semata-mata merupakan anugerah; tidak berdasarkan perbuatan, sehingga tak seorangpun boleh bangga. Gagasan ini dikembangkan dalam Efesus 2:11-22; semuanya ini berlaku Khususnya bagi orang-orang Kristen bukan Yahudi. Sebelumnya mereka adalah orang asing, tetapi telah dijadikan dekat melalui darah Kristus, yang telah meruntuhkan dinding pemisah dalam hukum taurat sehingga kini baik orang Yahudi maupun bukan Yahudi melalui kristus memperoleh jalan masuk kepada Bapa di dalam satu Roh.
Setelah uraian dogmatis, bagian kedua Efesus 4:1-6:20 terdiri dari serangkaian anjuran yang diungkapkan dengan teratur.
Kita telah mengacu kepada kesimpulan suratnya, acuan kepada Tikikus (Efesus 6:21-22) dan kedua salam yang berisi damai dan kasih karunia. Cirri yang mencolok dari surat ini adalah keserasian satu dengan yang lain.

Setting in Livenya
Pengarang menulis sebagai Paulus dan dengan demikian menunjukan bahwa ia ingin berdiri dalam tradisi paulus ini nyata karena ia memang mengambil gagasan-gagasan Paulus, misalnya ajaran pembenaran (Efesus 2:1 dst), pernyataan-pernyataan tentang karunia-karunia karismatis (Efesus 4:7 dst) dan tekanan yang diulang-ulang bahwa gereja terdiri dari orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi.
Pengarang Efesus tidak hanya sadar bahwa ia mengembangkan gagasan-gagasan tertentu, tetapi dengan tegas menyatakan demikian, Paulus telah menulis secara singkat sebelumnya, dan orang dapat membaca apa yang ditulisnya (Efesus 3:3-4).
Dapat dikatakan bahwa tugas rasul itu bukanlah sebagai pengemban satu-satunya dari penyataan yang digambarkan dalam cara yang tidak khas paulus, melainkan statusnyalah yang diemban. Namum bahkan penyataan ini harus disesuaikan sedikit, karena dari titik tolak masa berikutnya penggambaran status rasul itu tidak memberikan hakikat dari jabatan rasul. Pengarang mengungkapkan kenyataan ini ketika ia secara surut berbicara tentang “para rasul yang kudus” sebagai pengemban satu-satunya penyataan karena itu ia percaya bahwa jabatan kerasulan tidak dapat dialihkan .
Jelas bahwa pemecahan ini hanya mungkin pada periode awal pasca rasuli, ketika tradisi rasuli masih cair. Setelah beberapa lama, seketika tradisi menjadi suatu kesatuan yang lengkap secara historis pemecahan masalah yang diambil pengarang tidak lagi mungkin terjadi ini memberikan kita faktor penting guna menentukan ‘Setting in live’ risalat ini yaitu pada awal periode pasca rasul.





2 komentar:

  1. saya sangat senang dengan tulisan Anda. namun yang saya ingin ketahui apakah benar Paulus yang menulis surat kepada jemaat di Efesus?

    BalasHapus