SURAT KOLOSE
Surat
ini terbagi dalam empat bagian ; Kolose 1:1-2:5, dipaparkan apa yang boleh kita
namakan kedudukan. (gagasan ini akan dijelaskan dalam pembahasannya); Kolose 2
:6-23 membahas tentang suatu ajaran sesat; Kolose 3:1-4:6 mengandung pelbagai
anjuran. Kesimpulannya Kolose 4:7-18 berisikan suatu daftar ucapan salam yang
ternyata panjang sekali.
Inilah Pembagian kitab Kolose :
Susunan
kitab Kolose
-
Salam, Doa, dan
Nyanyian Pujian bagi Kristus (1:1-23)
-
Paulus mengajarkan
kebenaran tentang Kristus(1:24-2:1:9)
-
Hidup baru dalam
Kristus (2:20-4:6)
-
Salam penutup dan
Nasihat (4:7-18)
Latar
belakang penulisan
Kolose
adalah sebuah kota kecil di Asia kecil yang terletak di sebelah timur kota
pelabuhan utama. Efesus, dan berdekatan dengan kota laodikia dan Kota
Hierapolis. Penulis surat kolose tidak pernah berkunjung ke Kolose, tetapi ia
bersyukur karena mengetahui bahwa jemaat Kristen di sana teguh dalam Iman
(1:3-7,2:6-7). Sebelumnya, jemaat kolose telah mendengar injil tetang Yesus
dari Epafras, salah seorang kawan sepelayanan Paulus, yang pernah tinggal di
Kolose (1:7,4:12-13)
Beberapa
ahli beranggapan bahwa surat ini mungkin tidak ditulis oleh Paulus sendiri,
tetapi oleh salah seorang pengikutnya beberapa decade setelah Paulus meniggal
64/65SM. Dalam zaman itu, memang ada kebiasaan seorang murid menulis sesuatu
dengan menggunakan nama gurunya sebagai bentuk penghormatan bagi guru tersebut.
Maksud menulis
Untuk
mendorong jemaat Kristen di Kolose untuk tetap mengikuti Yesus Kristus (2:6)
dan tidak dibodohi oleh ajaran-ajaran sesat atau diombang-ambingkan dengan
berbagai pahan dan praktik keagaaman yang diajarkan di Asia kecil pada masa itu
(2:8,16-23)(orang yang hebat dalam berfilsafat). Paulus juga hendak meyakinkan
jemaat Kolose untuk “hidup layak di hadapanNya serta berkenan kepadaNya”(1:10)
. A. Isi
Kedudukan
yang lebih lanjut dapat dibagi dalam empat bagian ,
a. ia dimulai dengan pembukaan, ucapan syukur dan
doa syafaat (Kolose 1:1-11). Pembukaanya (Kolose 1:1-2) singkat saja, dan
menyebutkan Paulus sebagai pengirimnya, bersama-sama Timotius, saudara kita.
Penerimanya adalah saudara-saudara yang kudus dan percaya pada Kristus di
Kolose dengan kata lain tidak ada acuan jelas terhadap suatu Ekklesia atau
Gereja
ucapan Syukur ( Kolose 1:3-8) memberikan
kita sejumlah fakta menarik. Paulus telah mendengar (Kita perlu perhatikan ini)
mengenai iman saudara-saudara itu dan kasih mereka kepada semua orang kudus
(Ayat 4). Ini memberikan kesan mengenai adanya suatu persekutuan yang harmonis,
tetapi sudah tentu hal ini tidak menghilangkan kenyataan bahwa di dalam atau di
sekitarnya terdapat masalah-masalah yang akan dibahas (Ayat 7) yang pertama
kali menyebutkan nama Epafras yang memperhadapkan suatu masalah bagi kritik
tekstual: “semuanya itu telah kamu ketahui dari Epafras, kawan pelayan yang
kami kasihi, yang huperhemon (bagi
kami) adalah pelayan kristus yang setia” : dengan kata lain, Epafras adalah
wakil Paulus di Jemaat tersebut
karna itu kita perlu bertanya apa yang
dapat ktia diperlajari secara langsung
ataupun tidak langusng mengenai Epafras. Epafras diakui Paulus sebagai kawan
pelayan yang bekerja di Gereja ‘di tempat’ rasul itu. Karna hal ini tidak dapat
dipahami pada masa kemudian, para penyalin telah menggantikan hemon dengan humon, dan menjadikan Epafras wakil jemaat setempat.\
b. Sub
bagian kedua mengandung ringkasan kristologi dengan corak seperti nyanyian
(Kolose 1:12-20). Peralihannya tidaklah mendadak, tetapi pengalimatan bagian
ini tidak selamanya jelas. Kristus digambarkan sebagai Anak dari Kasih (Allah)
(ayat 13), yang membawa penebusan dan pengampunan. Tidaklah muda bagi kita
untuk menemukan kesejajaran gagasan demikian dibagian lain ditulisan Paulus.
Disana-sini memang ada kemiripan tertentu tetapi secara keseluruhan bagian ini
unik. Darimanakah asal-usul gagasan-gagasan ini ? Pasal 1;15-20 mungkin sekali
merupakan satu pengkristenan atas sebuah nyanyian prakristen yang diambil dari
wawasan mitologi kosmik. Namun yang penting ialah orang yang menyesuaikan
nyanyian ini tidak membantah kehadiran kuasa-kuasa kosmik, melainkan
‘mengkristenkan’ gagasan tersebut keselurahan tata kosmos diartikan sebagai soma
Khristou (tubuh Kristus). Namun perlu dicatat, bahwa dalam kolose
ini Kristus tidak digambarkan seperti dalam surat-surat Paulus yang asli dengan
gagasan soma (tubuh), melainkan
sebagai ‘kepala’ tubuh, dan tubuh itu berarti gereja (Kolose 1:18).
c. Dalam
sub bagian yang ketiga kristologi ini diterapkan dan akibatnya ditarik bagi
pembaca (Kolose 1:21-23). Semua itu telah terjadi demi keuntungan mereka yang
dulunya musuh dan terasing, tetapi yang kini telah didamaikan ‘di dalam tubuh
jasmani Kristus oleh kematiannya’ agar mereka boleh di tempatkan kudus dan tak
bercela dan tak becacat (Ayat 22), kalau (ini perlu diperhatikan) mereka
berpegang teguh pada iman, tetap tegus dan tidak bergoncang dan jangan mau
digeser daru pengharapan injil yang telah mereka dengar dan yang untuk itu
semua harus dijadikan pelayan (Ayat 23).
d. Sub
bagian terakhir, menyusul ayat 23 disajikan suatu diskusi mengenai jabatan
kerasulan (Kolose 1:24-2:5) Paulus berbicara mengenai penderitaanya dan dengan
itu menambahkan apa yang kurang dalam penderitaan Kristus (Ayat 24)
Kita menggunakan kata kedudukan pada
judul bagian pertama surat ini, hal ini digunakan dalam arti ganda, dan pertama-tama
dalam penerapannya dalam isinya suatu nyanyian kosmologis diambil, dikristenkan
(Kolose 1:15-30) dan kemudian diterapkan kepada situasinyata (Kolose 1:21-23)
B. “Kedudukan” ini penting, seperti yang diperlihatkan dalam
bagian yang kedua (2:6-23) sekarng
bagi pembelaan terhadap ajaran sesat. Ayat 6-7 hampir seperti suatu judul : ‘
Kamu telah menerima Kristus Yesus Tuhan kita. Karna itu hendaklah hidupmu tetap
di dalam Dia ... bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu.’
Dalam bagian ini Paulus pertama-tama membahas ajaran. Argumen itu diungkapkan
dalam dua tahap : dalam Kolose 2:8-15 keunggulan Kristus terhadap unsur-unsur
dunia (stoikheia) diungkapkan, dan
dalam Kolose 2:16-23 akibat-akibat dari hal itu dinyatakan untuk melawan kesesatan-kesesatan.
Sub-sub bagian pertama mulai
dengan suatu peringatan terhadap penyesatan oleh filsafat, yang digambarkan
sebagai tradisi manusia kemudian disebutkan stoikheia
tou kosmo (unsur-unsur dunia, kosmos
yang dipandang sebagai pribadi) sebagai kekuatan pribadi dapat memperbudak
manusia Kristuslah kepala dari segala pemerintah dan penguasa, di dalamnya
orang-orang Kolose disunatkan dengan sunat yang bukan lahiriah, di dalam Dia
mereka dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia mereka dibangkitkan kembali.
Tahap kedua dari argumen ini
(Kolose 2:16-23) mengandung semacam penerapan praktis. Karena Kristus itu Tuhan
akibat-akibatnya nyata pada gereja. Tak seorangpun mempunyai hak untuk
melakukan penghakiman kepada anggota-anggotanya. Karena itu orang Kristen tidak
dapat tunduk kepada kuasa-kuasa di atas dan juga tidak boleh melayaninya.
Tidak mudah untuk menyimpulkan
kesesatan-kesesatan ini dengan tepat tetapi kita dapat mengenal ciri-ciri
tertentu darinya. Ibadat hari-hari raya bulan baru dan hari sabat (Kolose 2:16)
menunjuk kepada Yudaisme Gnostik, atau Yudaisme yang diwarnai oleh ciri-ciri
Gnostik. Hal ini mengingatkan kita pada lawan-lawan Galatia, dimana kitapun
menjumpai ‘unsur-unsur dunia’ dan sunat, yang walaupun tidak diserang dalam
kolose, tetapi diberikan suatu penafsiran ulang Kristen dengan acuan terhadap
baptisan. Dalam kolose, sunat termasuk praktek-praktek sesat. Kita dapat
melihat dari Galatia bagaimana Paulus berdebat dalam kasus ini.
Betapun kita dapat menilai dan
mengatuk rincian-rincian dari titik tolak sejarah Agama, dalam tafsiran sekali
lagi kita harus waspada dalam menerima konsep-konsep dan gagasan yang kita
temukan sebagai ungkapan dari sikap yang sesungguhnya dari siPengarang. Ia
tidak ingin sungguh-sungguh terlibat dalam spekulasi, karena hal ini akhirnya
akan menjerumuskannya ke dalam Sinkretisme, melainkan ingin teteap tinggal
Kristen di tengah-tengah mitologi-mitologi kosmologis. Karna ia tidak
sungguh-sungguh mengalahkan ajaran sesat itu, melainkan hanya mengambil alih
dan mengkristenkannya.
Suatu bagian peringatan
menyesul dalam (Kolose 3:1-4:6), yang pertama-tama sekali mengandung penerapan
praktis lebih lanjut sebagai mana para pembaca telah dibangkitkan bersama
Kristus.
Gagasan tentang kebangkitan
sebagai sesuatu yang telah terjadi, sekali lagi memperlihatkan betapa dekatnya
kita kepada pemikiran Gnostik yang bagaimanapun masih dibatasi dari titik tolak
iman Kristen baik oleh tuntutan etis serta oleh pengharapan akan penampakan
Kristus yang nyata.
Daftar kebajikan ini didasarkan
pada suatu peringatan bahwa orang-orang Kolose dipanggil ‘dalam satu tubuh’.
Hal ini disusul oleh suatu dasar tugas para anggota sebuah rumah tangga (Kolose
3:18-4:1). Disitu anjuran-anjuran ditunjukan kepada para keluarga. Daftar ini
mengejutkan sekali karena miskin akan bahan-bahan khas Kristen, dan mengandung
cukup banyak bahan yang lebih tua. Yang dikhususkan disini ialah kristenisasi
dan perintah-perintah itu(N.B lihat terutama Kolose 3:23-24), dan bukan prinsip
moral.
Setelah sejumlah ajuan umum
mengenai doa dan tingkah laku yang benar (Kolose 4:2-6) muncul dalam bagian ke
empat (Kolose 4:7-18) kesimpulan dari surat ini dengan daftar salam yang
panjang. Diantara orang-orang yang disebutkan adalah “rekan pelayan tikhikus,
yang diutus Paulus ke gereja itu, Onesimus, gereja-gereja ini Aristarkhus, yang
digambarkan sebagi teman sepenjara, Markus, kemenakan Barnabas dan Lukas, tabib
tercinta. Epafras kembali dipuji panjang lebar dan salam juga dikirim kepada
saudara-suadara di Laodikia dan juga kesebuah jemaat rumah di Kolose.
B. Keadaan gereja dan
persoalaan kepengaranan kolose
Keadaan di Kolose sampai batas
tertentu sudah jelas. Jemaat itu terancam oleh ajaran sesat gnostik Yahudi,
tetapi tidak dapat memastikan seberapa jauh ajaran itu menusuk atau apakah hal
itu telah menyebabkan terjadinya konflik terbuka. Namun
jelas diperlukan pertolongan dari luar, dan karena itu Paulus, yang secara
pribadi sebelumnya tak pernah mengunjungi jemaat itu, mengambil langkah untuk
menolong dengan cara melawan ajaran sesat.
Mengingat sejumlah besar petunjuk yang
membuktikan bahwa Paulus bukanlah penulis Kolose kita tidak dapat menyimpulkan
bahwa cara diatas merupan bentuk argument yang digunakan Paulus. Dalam surat ini ada 34 kata yang hanya
digunakan sekali saja dalam perjanjian baru dan 25 kata yang hanya digunakan
Paulus di tempat lain. Hal ini disebabkan oleh rasul yang semakin lanjut
usianya, karena penahannya yang lama dipenjara dan berkurangnya kemampuan dalam
mengungkapkan diri tampaknya agak ganjil. Pengarangnya malah menunjukan dirinya
sebagai orang yang bukan saja akrab dengan Terminologi kaum penyesat, tetapi
juga mengetahui bagaimana menggunakannya – dengan kata lain sampai batas yang
menojol ia memiliki kemampuan untuk mengungkapkan dirinya. Kesulitan terbesar
untuk menerima kepengarangan Paulus ialah penafsiran tentang pelayanan di dalam
gereja dikaitkan dengan gagasan tentang tradisi.
E.Schweizer mengungkapkan pendapat yang
menarik bahwa disemua surat Paulus bahkan dalam Galatia kita sering menemukan
cara menyapa ‘Saudara-saudaraku’, tetapi ungkapan itu sama sekali hilang dalam
Kolose, Efesus dan surat-surat pengembalaan. Apakah ini kebetulan ? sudah tentu
mungkin saja orang ketiga, yang menulis sebuah surat Paulus dapat mengambil
praktek rasul itu misalnya dalam 2 Tesalonika, sapaan itu digunakan tujuh kali,
tetapi jadi aneh kalau Paulus meninggalkan kebiasaan ini sama sekali dalam
surat-surat yang dipertikaikan.
Kendatipun pernyataan-pernyataan tertentu
masih tetap terbuka, kita telah berhasil memperoleh gambaran yang cukup jelas
mengenai pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh pengantar perjanjian baru.
Hal ini penting dari sudut pandangan tafsiran, yang mencoba mengorek arti karya
tersebut dengan menjelaskan keadaan yang sesungguhnya tempat munculnya karya
tersebut.
SURAT EFESUS
Maksud penulisan
Isi
surat ini sebenarnya merupakan suatu puji-pujian atas kelimpahan dan keajaiban
anugrah Allah. Sesudah salam, puji-pujian ini terus meluap dalam satu kalimat,
dan seakan tak berakhir. Maksud Paulus dengan surat ini ialah untuk membimbing
anggota-anggota jemaat samapai pada inti pengetahuan mengenai anugrah Allah
(Efesus1:17,3:18-19). Beberapa pokok utama patut ditekankan disini.
Pertama , tidak ada satu surat yang di
dalamnya begitu tegas dikatakan bahwa penerimaan orang-orang yang bukan Yahudi
di dalam Kristus merupakan rahasia Allah, yang baru dengan wahyu istimewa
dinyatakan khusus kepada Paulus, dan umumnya kepada para Rasul dan Nabi (Efesus
1:9-10,3:3-5 atau Efesus 1:25-26)
Kedua, kemenangan Kristus bukan saja
berarti untuk umat manusia, melainkan juga untuk cosmos seluruhnya (Efesus
1:21,3:10)
Ketiga, sama seperti yang terdapat dalam
surat-surat korintus kesatuan jemaat ditekankan. Namun, karena lain pangkal
pokok, jalan pikiranpun lain : disana kesatuan dipertahankan melawan
partai-partai : disini dikemukakan kesatuan jemaat, walaupun anggota-anggotanya
berasal dari dua golongan : orang-orang pilihan, yakni kaum Yahudi, dan
orang-orang yang bukan Yahudi (Efesus 2:13-19). Keistimewaan surat efesus ini
adalah bahwa disini lebih ditekankan Kristus selaku kepala, dan tujuan kerja
sama diantara segala anggota itu.
Hubungan Efesus dengan Kolose
Jika kita membaca sekilas efesus setelah
membaca Kolose akan tampak, meski ada garis pemikiran yang berbeda dan banyak
perbedaan dalam rincian, suatu hubungan yang meluas antara keduanya, yang
semakin mencolok lagi karena inilah sesungguhnya yang membedakan kedua surat
itu dari surat-surat Paulus yang lainnya ada persamaan yang amat dekat yaitu
ketika Tikikus disebutkan sebagai pembawa surat itu yang harus memberitahukan
para penerimanya tentang keadaan Paulus dan menghibur hati mereka (Efesus
6:21-22 bnd Kolose 4:7-8 tetapi daftar salam yang panjang dalam Kolose tidak
ada dalam Efesus). Kita dapat menyimpulkan bahwa kedua surat itu ditulis
langsung segera setelah yang satunya selesai dari keadaan yang sama –
kendatipun kita tidak bisa memastikan urutannya atau penulis salah satu surat
itu mengetahui atau memanfaatkan surat yang lain. Tetapi, jelasnya, ada suatu
ketergantungan antara kedua surat ini.
Latar Belakang
Banyak naskah tua menyatakan bahwa surat
ini ditujukan pada (orang-orang kudus yang ada di Efesus). Namun, sejumlah
kecil naskah, termasuk naskah tertua tidak menyebutkan orang Efesus sebagai
penerimanya. Surat ini mungkin dimaksudkan untuk dikirim kepada sejumlah jemaat
di Asia Kecil. Gaya tulisan Yunani dan kosa kata yang digunakan dalam surat
Efesus agak berbeda dengan surat-surat Paulus yang lainnya. Selain itu, Paulus
telah tinggal sekitar 3 Tahun di Efesus untuk mulai membangun sebuah jemaat,
tetapi tampaknya penulis dan penerima surat ini belum pernah saling bertemu
(Efesus 1:15). Oleh karena itu, para ahli saling berbeda pendapat mengenai
siapa penulis surat ini dan kapan waktu penulisannya. Namun, karena adanya
kesamaan dengan tulisan-tulisan Paulus lainnya, khususnya dengan surat Kolose,
surat ini lalu dihubungkan dengan Paulus.
Isi
Tujuan risalat ini ialah memberikan
petunjuk mengenai unasancta.
Pembukaan-pembukaanya (Efesus 1:1-2) disusul dengan ucapakan syukur (Efesus
1:14) dan doa syafaat (Efesus 1:15-23). Maka sejauh menyangkut bentuknya surat
ini mengambil pola tradisional, tetapi menyangkut isinya, bagian-bagian itu
berbeda dengan bagian-bagian yang sejajar dalam surat-surat lain; artinya,
surat-surat ini tidak membahas hal yang khusus. Bagian bertama dari risalat ini
mencakup pasal 2-3. Disitu dipaparkan Notaecclesiae.
Pasal 2:1-10 langsung menyusul perikop sebelumnya ini semata-mata merupakan
anugerah; tidak berdasarkan perbuatan, sehingga tak seorangpun boleh bangga.
Gagasan ini dikembangkan dalam Efesus 2:11-22; semuanya ini berlaku Khususnya
bagi orang-orang Kristen bukan Yahudi. Sebelumnya mereka adalah orang asing,
tetapi telah dijadikan dekat melalui darah Kristus, yang telah meruntuhkan
dinding pemisah dalam hukum taurat sehingga kini baik orang Yahudi maupun bukan
Yahudi melalui kristus memperoleh jalan masuk kepada Bapa di dalam satu Roh.
Setelah uraian dogmatis, bagian kedua
Efesus 4:1-6:20 terdiri dari serangkaian anjuran yang diungkapkan dengan
teratur.
Kita telah mengacu kepada kesimpulan
suratnya, acuan kepada Tikikus (Efesus 6:21-22) dan kedua salam yang berisi damai
dan kasih karunia. Cirri yang mencolok dari surat ini adalah keserasian satu
dengan yang lain.
Setting in Livenya
Pengarang menulis sebagai Paulus dan
dengan demikian menunjukan bahwa ia ingin berdiri dalam tradisi paulus ini
nyata karena ia memang mengambil gagasan-gagasan Paulus, misalnya ajaran
pembenaran (Efesus 2:1 dst), pernyataan-pernyataan tentang karunia-karunia
karismatis (Efesus 4:7 dst) dan tekanan yang diulang-ulang bahwa gereja terdiri
dari orang-orang Yahudi dan bukan Yahudi.
Pengarang Efesus tidak hanya sadar bahwa
ia mengembangkan gagasan-gagasan tertentu, tetapi dengan tegas menyatakan
demikian, Paulus telah menulis secara singkat sebelumnya, dan orang dapat
membaca apa yang ditulisnya (Efesus 3:3-4).
Dapat dikatakan bahwa tugas rasul itu
bukanlah sebagai pengemban satu-satunya dari penyataan yang digambarkan dalam
cara yang tidak khas paulus, melainkan statusnyalah yang diemban. Namum bahkan
penyataan ini harus disesuaikan sedikit, karena dari titik tolak masa
berikutnya penggambaran status rasul itu tidak memberikan hakikat dari jabatan
rasul. Pengarang mengungkapkan kenyataan ini ketika ia secara surut berbicara
tentang “para rasul yang kudus” sebagai pengemban satu-satunya penyataan karena
itu ia percaya bahwa jabatan kerasulan tidak dapat dialihkan .
Jelas bahwa pemecahan ini hanya mungkin
pada periode awal pasca rasuli, ketika tradisi rasuli masih cair. Setelah
beberapa lama, seketika tradisi menjadi suatu kesatuan yang lengkap secara
historis pemecahan masalah yang diambil pengarang tidak lagi mungkin terjadi
ini memberikan kita faktor penting guna menentukan ‘Setting in live’ risalat
ini yaitu pada awal periode pasca rasul.
saya sangat senang dengan tulisan Anda. namun yang saya ingin ketahui apakah benar Paulus yang menulis surat kepada jemaat di Efesus?
BalasHapusMungkin saja tidak
BalasHapus